Peterpan dan Cinderella syndrome




PETER PAN & CINDERELLA SYNDROME

Apa itu Peter pan dan Cinderella syndrome?
Semua berawal dari kasih sayang orang tua dan over proteksi yg tidak pada tempatnya sejak dini,
sehinga membunuh kemandirian anak dan membuat rendahnya Adversity Quotient (kemampuan utk survive dlm menghadapi masalah kehidupan).
Yg pada gilirannya akan mencetak laki2 dgn Peter Pan syndrome,
yaitu laki2 yg tidak pernah dewasa.

Atau anak perempuan dgn cinderella complex yg mengharap ‘Prince Charming’ datang utk menyelamatkan-nya, krn tak mampu menghadapi kesulitan hidup akibat terlalu dilindungi.

👆Pernahkah anda menyuapkan makanan pada anak anda yg sudah SD karena kuatir dia sakit jika tidak makan ?

👆Pernahkah anda melihat anak SD berjalan melenggang sementara Ibu/pengasuhnya membawakan tas mereka.

👆Atau jika ditelepon anak dari sekolah krn PRnya ketinggalan, apakah anda akan ter-gopoh2 ke sekolah utk mengantarkan-nya, alih2 menyuruhnya pulang atau membiarkannya disetrap karena kelalaian.

👆Apakah anda membuka satu per satu buku anak utk mencari PRnya, kemudian mengoreksi PR dgn tangan anda bahkan menolong membuatkan supaya nilainya bagus.

Jika ketiga hal di atas terjadi pada anda,
maka waspadalah anda sedang menjerumuskan karakter diri anak anda.
Kasih sayang yg anda berikan akan merusak kemampuannya utk survive di masa depan.

Ciri2 anak dgn Peter Pan Syndrome adalah
mereka terbiasa hidup nyaman tanpa beban tanggung jawab,
tidak suka bekerja keras,
kegiatannya banyak main2,
tidak pernah punya tanggung jawab,
tidak bisa mandiri/dewasa,
tidak berani mengambil keputusan dan menanggung resiko,
kurang percaya diri,
enggan hidup sendiri karena mengalami ketergantungan pada orang lain.

Pada anak-anak dgn pola asuh yg potensial menimbulkan Peter pan syndrome biasanya cenderung :
Suka menentang,
pemberontak,
susah punya komitmen,
pemarah (marah jika kemauannya tidak terpenuhi),
tidak bisa menerima kritikan,
mudah sakit hati,
terlalu cinta pada diri sendiri,
senang memanipulasi.

Akibatnya mereka punya masalah tdk tahan thd invasi kekuasaan dari lingkungan,
mereka tidak mampu berpikir tentang dirinya,
apalagi menangani
problem yg menimpa.
Karena sejak kecil semua masalahnya diatasi ibu, ayah atau pengasuhnya.

Cinderella komplex biasanya menimpa anak wanita yg selalu dilindungi atau yg hidupnya dalam keadaan tertekan.
Ia mengharap ada figur yg dapat menyelamatkannya di setiap masalah yg dihadapi.
Tanpa berusaha utk berjuang dgn mengerahkan segenap kemampuan.

Dengan pola asuh salah orang tua potensial membentuk karakter laki2 dgn ciri Peter Pan akibat dimanja dan dibela setiap melakukan kesalahan,
dilindungi dan dituruti keinginannya.
Sementara anak perempuan dgn ciri Cinderella tidak dididik untuk menerima kenyataan hidup dan diberi banyak mimpi ttg kisah happy ending tanpa tahu bahwa happy ending adalah reward dari a long and winding journey of struggling in life.

Kedua karakter ini di masa depan akan mengkontribusi dunia dgn generasi yg memiliki AQ (Adversity Quotient) yg sangat rendah.
Apabila keduanya bertemu dan menikah besar kemungkinan perceraianlah yg terjadi atau never have happy ending.
Karena mereka tidak memiliki cukup AQ untuk mengupayakan kehidupan yg lebih baik.

AQ adalah kecerdasan untuk bertahan dan mengatasi setiap kesulitan hidup lewat perjuangan.
Dengan AQ ditentukan kadar kemampuan orang mengatasi kemelut tanpa menjadi putus asa.

Akhir2 ini, setelah gencar ESQ ditingkatkan, sebagai cara melejitkan prestasi anak di masa depan lewat potensi spiritual.

AQ muncul sbg jawaban atas sedihnya hidup orang2 yg secara karier dan materi sukses,
tapi tidak dapat meraih kebahagian akibat rendahnya AQ.
Terutama dlm membina hubungan rumahtangga.

AQ adalah indikator untuk melihat :
1. Kemampuan bertahan dalam setiap penderitaan dan tahu cara mengatasi situasi yg membuat penderitaan.
2. Keterampilan utk menerima & menyelesaikan setiap tantangan.
3. Ilmu tentang ketabahan manusia (Human Resillience)

Perusahaan maju mulai melihat indikator di atas sbg patokan dlm merekrut karyawan baru.
Selain IQ, EQ dan ESQ.

Untuk memberikan gambaran AQ ini,
Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung.
Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga jenis :

1. Quitter (Mudah menyerah).
Para quitter adalah para pekerja yg sekadar untuk bertahan hidup).
Mereka gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan saat menerima tantangan.

2. Camper (Berkemah di tengah perjalanan).
Para camper lebih baik, krn biasanya mereka berani melakukan pekerjaan yg berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yg terukur dan aman.
“Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para campers.
Orang2 ini se-kurang2nya sdh merasakan tantangan dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yg tidak teraktualisasikan dan yg jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.

3. Climber (pendaki yg mencapai puncak).
Para climber, yakni mereka yg dgn segala keberanian menghadapi risiko akan menuntaskan pekerjaannya.
Mereka mampu menikmati proses menuju keberhasilan walau tahu bhw akan banyak rintangan dan kesulitan yg menghadang.
Namun, dibalik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak kemudahan.
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi.
Dengan kata lain,
AQ membedakan antara para climber, camper dan quitter.

AQ ternyata bukan sekadar anugerah yg bersifat given.
AQ ternyata bisa dipelajari.
Dengan latihan2 tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan utk meningkatkan level AQ-nya.
Ttp hasil terhebat akan diperoleh jika kita mampu menginstal AQ ini dlm diri putra-putri kita.

Untuk menghasilkan anak dgn ketangguhan seorang Climber yg memiliki AQ tinggi,
kita harus memperhatikan 9 aspek perkembangan :
Fisik dan kesehatan,
daya tahan mental,
kestabilan emosi,
kemampuan sosial,
keimanan dan ibadah kepada Tuhan,
keterampilan dan seksualitas yg normal.

So, Smart Parents mau dibawa ke mana pola asuh yg anda terapkan di rumah sepenuhnya adalah hak anda.
Ttp utk menjadikan anak yg tangguh perlu banyak belajar, usaha dan sabar.

Sebelum bicara ttg AQ untuk anak kita, mari berkaca dan meyakini sudah sejauh mana kita sendiri mengembangkan AQ diri kita dan berusaha meningkatkannya.

Semoga bermanfaat.

Be Positive and Get Smarter every day...

Gabung Komunitas PAS

Popular Posts