jasa ini lebih mengutamakan sisi kemanusiaan





Ibu Senang, Bayi Kenyang

Dina Damayanti




SH / Job P
alar
Tak berharap mengeruk laba, jasa ini lebih mengutamakan sisi kemanusiaan
Ibu-ibu pekerja yang masih menyusui bayi mereka kerap pusing tujuh keliling kala masa cuti mereka berakhir. Di satu sisi mereka harus kembali bekerja, di sisi lain mereka masih harus memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada sang buah hati. Apalagi, jika jarak antara kantor dan rumah cukup jauh, yang masih ditambah kemacetan Jakarta yang bertambah parah.
Namun sejak 2009, problem yang dihadapi ibu-ibu ini mulai ada solusinya. Di tahun itu, mulai ada jasa ojek yang siap mengantar dan menjemput pesanan ASI di sekitar Jabodetabek.
"Awalnya tidak sengaja karena ada permintaan dari pelanggan kami. Kebetulan pelanggan kami 90 persen adalah ibu-ibu," tutur Agus Kurniawan, Kepala Operasional ANExpress, perusahaan yang awalnya bergerak di bidang kargo dan pesan-antar barang, termasuk kue ini, kepada SH, Rabu (13/6) siang.
Menurut Agus, sekitar tiga tahun lalu, ada seorang pelanggan yang meminta bantuan untuk menjemput dan mengantarkan ASI dari kantor ke rumahnya. Sang pelanggan yakin jasa kurir langganannya itu bisa mengantarkan ASI karena memiliki ice pack/blue ice (alat pendingin) untuk mendinginkan kue.
Akhirnya, karena ingin membantu pelanggannya, Agus pun memenuhi permintaan tersebut. Karena saat itu peralatan yang mereka miliki masih terbatas, ASI yang disimpan dalam botol hanya dimasukkan ke dalam tas atau kantong plastik yang kemudian diberi ice pack/blue ice lalu diikat dan langsung diantarkan ke rumah pelanggan.
Dari situ, permintaan mengantarkan ASI pun mulai berdatangan. "Saat itu namanya bukan ASI, tetapi antar susu. Karena waktu itu belum biasa menyebut ASI," tutur Agus.
Berbekal peralatan seadanya, Agus dan teman-temannya mengantarkan ASI ke mana-mana. Agus mengakui, setahun pertama tak mudah bekerja sebagai kurir ASI. Mereka sering dijadikan bahan lelucon dan dicurigai para petugas keamanan yang berjaga di gedung perkantoran tempat pelanggan mereka bekerja.
Apalagi semua pengantar-jemput ASI adalah laki-laki. Ini masih ditambah dengan kondisi jalan dan kemacetan Jakarta yang sering kali menjadi kendala mereka mengantar-jemput ASI. Namun karena ingin membantu pelanggan sekaligus tak tega membayangkan ada bayi yang menunggu diberi ASI, pekerjaan itu tetap mereka lakoni.
Sampai akhirnya, satu hari pada 2010 kantor ANExpress di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan itu dihubungi seorang pekerja Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan meminta mereka datang ke kantor WHO di Jakarta. WHO menyatakan kekaguman mereka terhadap ANExpress yang bersedia memfasilitasi kebutuhan ibu-ibu menyusui.
"Mereka mengatakan baru mendengar pertama kali di dunia ada jasa kurir ASI," kata Agus, sambil tersenyum. Dari situ, WHO menawarkan karyawan ANExpress untuk mengikuti berbagai seminar tentang ASI, sekaligus memberikan masukan atau tip seputar ASI.
Dari situ, nama ANExpress perlahan-lahan mulai kondang dan kerap diwawancarai berbagai media, baik dalam maupun luar negeri, seperti Prancis, Inggris, Australia, dan Jepang. Kementerian Kesehatan serta berbagai asosiasi yang berhubungan dengan ASI, seperti Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), pun ikut mendukung memberikan informasi seputar ASI, termasuk donor ASI.
Tak heran jika kini mereka tidak sekadar menjadi tukang antar jemput ASI saja, tetapi juga berperan sebagai konsultan ASI. Bahkan, ada satu perusahaan ternama yang meminta masukan dari Agus dan kawan-kawannya untuk membuat pompa ASI, cooler box, hingga ice gel.
Fokus Kurir ASI
Setelah menerima banyak pesanan dan mendapat begitu banyak perhatian, pada 2010 mereka mulai menggunakan nama khusus “Kurir ASI”.
"Sekarang kami banyak menerima pertanyaan dari ibu-ibu. Ada yang tanya soal bagaimana menyimpan ASI yang aman, ada juga yang tanya soal donor ASI. Kami juga saling bertukar informasi dengan ibu-ibu.
Lucu juga rasanya karena kami di sini kebanyakan laki-laki dan ada yang belum menikah," kata Agus tersenyum. Jasa kurir ini memiliki 30 karyawan. Khusus untuk ASI, menjadi prioritas. Termasuk Agus sekalipun, meski sudah menjadi atasan, tetap siap mengantar ASI setiap kali diperlukan.
Agus memiliki banyak pengalaman menarik seputar antar-jemput ASI ini. Suatu malam, kantornya yang sudah tutup ditelepon seorang ibu. Ia mengatakan bayi kenalannya akan segera dioperasi di RSCM. Sebelum operasi, sang bayi harus minum ASI dulu. Sayangnya, sang ibu tidak bisa mengeluarkan ASI. Oleh karena itu, anak buah Agus yang berada di kantor dimintai tolong untuk menjemput donor ASI dan mengantarkannya ke RSCM.
"Waktu itu sudah pukul 22.00. Rumahnya di daerah Tangerang dan harus mengantarkan ke RSCM. Ya sudah, kami bantu," tutur Agung yang rata-rata menerima 10 pesanan “Kurir ASI” tiap harinya.
Kini juga makin banyak perusahaan sejenis yang ikut menjadi kurir ASI. Namun, Agus merasa tidak khawatir dan justru senang karena ini berarti makin banyak ibu yang akan terlayani. Sayangnya, banyak perusahaan kurir ASI yang akhirnya berhenti karena merasa tak mendapat banyak keuntungan.
Menurut Agus, bekerja sebagai kurir ASI jangan berharap mengeruk laba. Pekerjaan semacam ini lebih menekankan sisi kemanusiaan.
"Kalau bisa mengantar tepat waktu, kami merasa lega, karena ASI benar-benar ditunggu. Jangan sampai bayi menangis," ujar Agus yang kini sudah melebarkan sayap “Kurir ASI” hingga ke Bandung. Itu sebabnya, sang pemilik ANExpress tahun ini berkeinginan menjadikan “Kurir ASI” ini sebagai yayasan, terpisah dari perusahaan induknya.
Tak hanya soal bisnis, Agus juga menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap ibu-ibu menyusui yang bekerja. Ia dan kawan-kawannya masih melihat banyak gedung perkantoran, khususnya instansi pemerintah, yang belum memiliki ruang khusus untuk memompa ASI.
Sering kali para ibu harus pergi ke toilet untuk memompa ASI. "Kami suka nggak tega. Kami sudah sepenuh hati, tetapi para ibu ini nggak nyaman," katanya.

Sumber : Sinar Harapan

@agusk1




Gabung Komunitas PAS

Popular Posts